Image: cleverfuze.com |
Semua orang bisa ngelakuin gini, promo hal apapun itu di sosial media. Toh gratis, gak ada tuntutan harus bayar ini itu kan. Tapi sayangnya, gak semua orang tau gimana caranya ningkatin engagement di sosial media, padahal ini salah satu hal penting biar akun sosial medianya bagus dari segi growth.
Bersample dari beberapa sosial media mainstream terutama Instagram dan Facebook, apa aja sih cara efektif menaikkan engagement di sosial media? Nih beberapa caranya berdasarkan pengalaman hamba selama ini yang kebetulan berkutat di bidang ini, semoga membantu ya!
1. Post Trending / Emotional Content
Image: Instagram/nasikulitjuara |
Isinya si konten juga kalau bisa jangan sembarangan, cari konten yang bisa mancing interaksi, salah satunya konten-konten yang lagi trending atau menyentuh emosi. Semua ini jadiin aja bridging, di akhir kata boleh aja menuju ke apa yang kamu tawarkan ke orang-orang. Misal, kemaren lagi rame perihal Odading, dan kamu jualannya kripik.
"Maaf, kripik kami gak bisa buat kalian jadi Iron Man kayak Odading Mang Soleh. Tapi cobain aja dulu, minimal bisa lah bikin kalian jadi Gatotkaca!", gitu contohnya. Selain konten-konten yang lagi trending, bisa juga bridging pake konten-konten yang menyentuh emosi.
Menyentuh emosi ini konten-konten yang kayak curahan hati, ngomongin cinta, orang tua, pasangan, suka duka PSBB saat Pandemi Covid-19, banyak deh. Intinya kayak membangun interaksi secara emosional aja ke orang-orang yang ngeliat konten kamu, dan kalau konten kamu itu tepat sasaran kemungkinan besar bakal banyak interaksinya.
2. Kemas Konten Secara Menarik, Jangan Hardselling
Image: TikTok/kopikenangan.id - clowyestrop13 - haus.indonesia |
Bosen gak sih, ngeliat postingan olshop yang tiap kontennya to the point ngepost produk mulu? Mungkin ada yang bosen, ada juga yang enggak. Tapi sebisanya, kemas dengan sekreatif mungkin. Audiens di sosial media tuh kebanyakan anti sama iklan, apalagi yang hardsell alias terang-terangan banget jualannya. Ini ada dua contoh,
Hardselling (to the point): "Dijual salad box large 55 ribu, WA: 0869-7744-8955"
Softselling (bridging -> selling): "Tau gak sih? Salad buah mengandung banyak vitamin yang menyehatkan kulit karena adanya Vitamin E, Vitamin A, dan Vitamin C lho! Berbahagialah kalian yang suka makan salad buah! Nah, kita punya salad buah dengan bahan-bahan berkualitas tinggi tanpa menggunakan pestisida nih. Yuk sehat bareng, klik link di bio kalau mau cobain ya!"
Lebih tertarik yang mana? Kalau gue lagi nyari salad buah, gue udah pasti milih yang kedua, ini udah kayak semacam sugesti aja trus caption informatif & atraktif gitu kayak langsung tertanam di otak. Kemas konten secara menarik, menghibur, dan bermanfaat buat yang ngeliat. Jadi ya kayak konten informatif aja, ada nilai edukasinya untuk konsumen, yang sifatnya ngejokes juga boleh banget selama produk kamu itu target market dominannya Milenial/Gen-Z.
Konten-konten yang kayak gitu biasanya orang banyak berinteraksi, bahkan ngeshare di profile sosial media mereka sendiri kalau infonya emang layak dishare, dipromosiin gratis deh. Tapi hardselling itu juga gak dilarang kok, ya kayak 80% softselling dan 20% hardselling aja sih, gedein di softselling.
Gak punya kemampuan untuk bikin konten secara menarik? Kayak gini kamu bisa lari ke Social Media Management team, kalau punya budget untuk ini ya. Jadi gak perlu mikirin soal konten lagi, kamu tinggal duduk manis dan biar mereka yang brainstorm mikirin konten menarik untuk IG kamu.
Oiya di akhir caption kalau mau jualan, sertakan Call to Action (CTA) yang jelas ya. Misal di Instagram kamu bisa bilang, "Untuk order, klik link di bio ya!", nah di bio kamu sudah persiapkan nih link untuk order, entah link GoFood/GrabFood atau menuju ke WA kamu. Kalau mau masukin banyak, pake linktr.ee aja, jadi di dalamnya bisa masukin banyak link, di link bio kamu taruh link dari linktr.ee-nya deh.
3. Konten yang Khas dan Original
Image: Instagram/mynum.official |
Konten yang khas dan original ini tuh maksudnya konten-konten yang sebelumnya gak pernah diliat orang dimana-mana. Jadi misal kamu jualan singkong thailand, sah-sah aja nyari inspirasi dari akun sosial media singkong thailand lainnya, yang penting jangan plagiat konten. Harus kreatif, konten harus original.
Apalagi kalau kamu nyomot-nyomot foto/caption dari brand lain walau produknya sama, duh amit-amit jabang bayi itu tolong diharamkan ya. Kalau konten kamu itu khas, original, menarik, orang-orang pasti suka dan gak sabar untuk nungguin post selanjutnya.
Ini berlaku juga untuk kamu yang mau personal branding, kamu harus punya sesuatu yang khas dan original dari diri kamu sendiri. Contoh tuh Atta Halilintar, siapa yang gak tau ama ciri khas "Ashiap"-nya?
4. Konsisten Update di Peak Time, Tracking Insight
Image: personal assets |
Usahakan tiap hari update konten, sayang kalau ada sehari gak update. Tapi update-an dalam sehari juga jangan kebanyakan, takutnya malah spamming dan orang-orang juga males di timeline-nya malah nongol kamu mulu (apalagi kalau hardsell terus), amit-amit mereka malah mute/unfoll. Kecuali emang bener-bener konten informatif dan berkualitas ya.
Beda cerita kalau akun kamu sudah besar, engagement-nya dah berasa, ini mau sehari puluhan konten juga gak masalah. Tapi kalau masih kecil, jangan coba-coba puluhan konten deh soalnya takutnya dianggep spam dan reach konten kamu jadi dibatasi.
Konsisten update ini bukan tanpa sebab. Orang follow akun kamu tujuannya apa? Ya biar bisa dapat info update terus mengenai produk kamu yang sudah dikemas dengan menarik itu. Kalau misal diliat jarang update, 3 hari / 4 hari lalu bahkan 1 bulan last post-nya, ini besar kemungkinan pada unfoll karena dipikir udah gak aktif lagi.
Untuk update konten juga jangan asal post, pastikan kamu update di peak time alias jam/hari paling ramenya akun kamu. Kalau update tiap hari, perhatiin di jam aja. Cara cek-nya ke insight, trus ke yang demography audience. Biasanya ya rame tuh di jam 12 siang, jam 5 atau 6 sore, sama jam 8 malam.
Nah habis itu, untuk tracking performa akun kamu, sering-sering buka insight ya. Liat deh disitu konten yang kayak gimana yang rame, berapa reach dan impressionnya, demography audience kamu, dll. Kalau perlu bikin report weekly ya, jadi keliatan nih performa akun kamu di tiap minggunya.
5. Perhatikan Tipe Konten
Image: Instagram/erigostore - ngehe_id - makeupuccino |
Berbagai platform sosial media sekarang ini sudah bisa posting tipe konten foto dan video. Kamu harus sering-sering cek juga nih di konten kamu selama ini tuh paling rame tipe mana, foto atau video. Kalau impression-nya lebih ke foto, yaudah banyakin konten foto. Gitu juga sebaliknya.
FYI, sekarang-sekarang ini di sosial media yang impression lebih tinggi tuh konten-konten yang bertipe video. Tapi gak selalu sih, soalnya masih ada kok mindset orang kita yang, "Duh males buka video, sayang kuota", hahaha..
6. Foto/Video Produk
Image: Facebook/Fuwa Fuwa |
Ini amat sangat penting! Mata orang-orang sekarang tuh yang tertuju pertama kali ya di visual, sedangkan caption dibaca belakangan. Jadi buat kamu yang punya sebuah produk, minimal sebulan ada lah sesi foto/video produk gitu biar produknya keliatan 'fresh' terus, gak pake foto/video yang itu lagi itu lagi. Minimal ya foto deh, wajib.
Banyak banget sekarang tuh jasa foto produk gini, harga juga bervariasi bahkan kebanyakan setau gue tuh ramah banget di kantong dengan standar profesional plus styling pula (sering lewat ads-nya di timeline IG). Kalau masih belum ada modal buat foto produk misalnya, paling mau gak mau ya ambil foto dari web gratisan aja kayak di shutterstock, freepik, pixabay, dll.
Tapi ambil foto-foto gratisan kayak gini jangan selamanya, foto produk wajib banget biar orang juga tau real pict produk kamu kayak gimana. Nah kalau ada budget lebih atau kreativitas sendiri, bikin konsep video. Gitu juga sama kamu yang lagi personal branding, sering-sering photoshoot dengan konsep unik, biar mancing orang untuk interaksi.
7. Repost Konten Dari Customer
Image: Instagram/nasgordaleman |
Ini tuh salah satu strategi untuk Build Brand Trust, dimana orang-orang ngeliat orang lain nyobain produk kamu, dan mereka tertarik juga untuk ikutan nyoba karena udah ada real testi-nya. Biasa kalau sudah ada testi atau honest review, ini nge-sugesti orang lain untuk percaya sama produk kamu.
8. Dokumentasi Kegiatan Usaha
Image: Instagram/kingmangoindonesia |
Ini tuh untuk membangun Brand Equity, bagaimana persepsi calon customer ngeliat behind the scene mengenai produk kamu dan dengan begitu mereka akan menghargai kualitasnya. Kalau sudah begini Brand Value juga biasanya ngikut, dimana orang-orang rela bayar lebih karena mereka ingat sama produk kamu dibanding produk sejenis lainnya, penjualan bisa-bisa meningkat deh.
9. Interaksi Dengan Audience
Image: Twitter/SangPisang2017 |
Selain itu kamu juga sebisanya aktif untuk bales-bales inbox, likes postingan orang-orang yang kamu follow yang lewat di timeline, bahkan bisa ngasih komentar juga. Jangan komentar spam hardselling ya, kamu bisa-bisa direport/block. Komentar yang relate sama postingannya aja, untuk nge-build suatu ikatan emosional dengan mereka.
Biasa algoritma sosial media (terutama Instagram) ngebaca kayak gini nih, kalau kamu aktif interaksi di akun orang lain kemungkinan besar interaksi di konten-konten kamu juga berpotensi bisa lebih tinggi. What you get is what you give!
10. Paid Promote atau Endorse
Image: Instagram/rchelcia - TikTok/Dwynna Win - Instagram/mgdalenaf |
Kedua hal ini beda ya. Paid Promote (PP) itu kamu bayar infuencer, kirim materi (foto/video) dan caption, si influencer ngeposting di akunnya. Sedangkan Endorse, kamu kirim produk kamu ke influencer dan itu jadi hak milik dia, suruh dia nyobain, habis itu review dan posting di akun sosial medianya. Endorse ini ada yang bayar ada juga yang enggak, yang penting kamu kirim produk aja.
Trus, mana yang lebih efektif? Kalau gue bisa bilang sih, jelas endorse ya, apalagi kalau si influencer ini emang bener-bener sosok yang meng-influence. Tapi, jelas endorse juga lebih mahal, berbanding lurus sama powerfull-nya. Endorse itu juga cenderung softselling, jadi si influencer bisa kamu kasih mandatory kayak seolah-olah produk itu dia yang beli, "Ya guys jadi tadi banyak banget yang nanya aku di DM, kak itu jaketnya beli dimana sih lucuukkk? Jadi ini tuh kemaren aku belinya di @...", dsb.
Kalau mau naikin followers sama brand awareness, better endorse. Kalau budget pas-pasan, paid promote. Nah kalau penjualan gitu-gitu aja walau sudah endorse/paid promote, jangan salahin influencernya ya, karena untuk urusan penjualan gini bukan urusan mereka, kamu yang harus intropeksi apa yang kurang di produk kamu.
Oiya sedikit saran, sebelum pakai endorse/paid promote, kamu harus minta data insight akun si influencer aja, terutama di Demography itu yg isinya ada reach, interactions, sama audience. Biar produk kamu tepat sasaran. Dan jangan ketipu sama followers banyak. Followers 50k tapi likes feed dia rata-rata cuma 100an, ini kemungkinan besar followers beli.
Saran lainnya, untuk di Instagram nih hitung juga Engagement Rate (ER) akun si influencer ya, bagaimana interaksi antara influencer - followers. Banyak generator online untuk ngitungnya. Kalau manual, rumusnya "(Jumlah Like di 10 konten terakhir [non iklan] + Jumlah Comment di 10 konten terakhir [non iklan]) : Jumlah Followers", hasilnya diubah ke persenan. Takarannya: Dibawah 1% = rendah, 1% - 3.5% = lumayan, 3.5% - 6% = baik, diatas 6% = sangat baik.
Untuk soal endorse/paid promote ini, kamu bisa coba pake sociabuzz.com deh ya. Jadi ini semacam database tempat orang-orang nyari influencer, disitu list influencer-nya udah lengkap ada ER sama tag kayak gamers, lifestyle, foodies, tinggal kamu sesuaikan aja sama produk kamu.
11. Mini Games atau Giveaway
Image: Instagram/ichibansushi_id - woochakombucha - hanamasa_id |
Bikin mini games yang untuk lucu-lucuan aja. Boleh ada hadiahnya, boleh juga enggak. Tapi yang jelas kalau ada hadiahnya ya pasti yang ikutan lebih banyak, paling banter tuh saldo Gopay/OVO. Untuk mini gamesnya palingan tuh yang simple-simple juga aja, gak terlalu mudah tapi gak juga bikin mikir keras. Mungkin bisa tebak kata, tebak nama varian produk kamu, tebak gambar, banyak deh.
Untuk giveaway, ini kalau bisa hadiahnya tuh produk kamu. Misal kamu jual sneakers, hadiah giveaway yang kamu bikin ya salah satu sneakers yang kamu jual. Cara dapetin hadiahnya tentu aja ada Call to Action yang menguntungkan akun kamu kayak spam likes, follow, komentar dengan tag 3 temen, share ke story, dll. Semakin ribet persyaratannya, semakin worth it juga hadiahnya. Kalau hadiahnya cuma ala kadarnya tapi persyaratan ribet dan terlalu effort, orang gak akan ikutan.
Untuk kayak jadi influencer, hadiah giveaway tuh biasanya sesuai target market pastinya. Misal kamu beauty influencer, hadiah giveaway ya free tester produk-produk kosmetik. Semua harus tertata, tentukan goal untuk apa diadakan giveaway, biar hasilnya juga maksimal. Kalau bisa giveaway dalam sebulan ada lah sekali, sedangkan mini games itu ada seminggu sekali untuk jaga kestabilan ER juga.
12. Ads
Image: personal assets |
Nah, ini gue taruh terakhir bukan berarti gak penting. Ads di sosial media tuh penting karena yang pertama ya affordable, lebih murah daripada paid promote atau endorse. Bahkan di Instagram, dengan 20k/day aja sudah bisa nge-ads. Pemasaran digital kayak gini jelas lebih murah dibandingkan metode pemasaran di tempat lain. Hasilnya juga efektif, kamu juga bisa nentuin target audience sendiri.
Dengan ads juga udah pasti kenceng untuk meningkatkan Brand Awareness, dengan gitu Brand Recognition jadi ngikut. Orang-orang cenderung beli produk yang sebelumnya mereka sudah pernah pakai atau familiar, dan sosial media ini yang bikin gampang untuk bangun merk dengan mudah dan efektif, apalagi kalau dibantu sama ads. Jadi jangan tutup mata sama ads ya, sisihkan budget untuk ini, gak usah yang gede-gede gpp, di awal yang kecil-kecil aja dulu.
______________________________
Nah, itu dia 12 Cara Efektif Menaikkan Engagement di Sosial Media. Ini tuh mungkin cuma cara-cara 'yang ada di permukaan', kalau mau menyelam lebih dalam lagi mungkin kamu bisa berguru sama suhu-suhu yang emang udah lebih expert banget di bidang ini ya, pastinya bakal banyak hal yang lebih detail lagi.
Selalu ingat ya bahwa engagement itu penting, karena engagement yang bagus maka brand kamu juga terlihat sebagai entitas yang peduli dengan customer, punya value, dan ber-identity. Goodluck and stay safe!